https://journal.stikmks.ac.id/index.php/b/issue/feedJurnal Pengabdian Masyarakat Gerakan Aksi Sehat (GESIT)2024-12-22T10:52:14+08:00Muh. Hattalppm.stikmks@gmail.comOpen Journal Systems<p style="text-align: justify;"><strong>Jurnal GESIT (Gerakan Aksi Sehat) </strong>merupakan Jurnal Pengabdian Masyarakat yang diterbitkan setiap enam bulan sekali pada bulan <strong>Januari </strong>dan <strong>Agustus </strong>oleh Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Makassar sejak tahun 2018, dengan p-ISSN <a href="https://issn.brin.go.id/terbit/detail/1530677999" target="_blank" rel="noopener"><strong>2621-8364</strong></a> dan e-ISSN <a href="https://issn.brin.go.id/terbit/detail/1530680621" target="_blank" rel="noopener"><strong>2623-1972</strong></a>.</p> <p style="text-align: justify;">Jurnal ini menerima tulisan ilmiah berupa laporan hasil kegiatan Pengabdian Masyarakat dengan fokus dan scope meliputi <strong>Ilmu Kesehatan Masyarakat</strong> yakni Epidemiologi, Biostatistik, Pendidikan dan Promosi Kesehatan, Kesehatan Lingkungan, Kesehatan dan Keselamatan Kerja, Administrasi Kebijakan Kesehatan, Manajemen Rumah Sakit, Gizi Kesehatan Masyarakat dan Kesehatan Reproduksi serta <strong>Ilmu Keperawatan</strong> yakni Keperawatan Medikal Bedah, Keperawatan Gawat Darurat, Keperawatan Maternitas, Keperawatan Anak, Keperawatan Jiwa, Keperawatan Manajemen, Keperawatan Komunitas, Keluarga dan Keperawatan Gerontik.</p>https://journal.stikmks.ac.id/index.php/b/article/view/454EDUKASI TENTANG TEPUNG SELACI PUPUT (6 LANGKAH CUCI TANGAN YANG BENAR) SD INPRES KAMPUNG PARANG DI DESA PA’BENTENGANG KEC.EREMERASA KAB.BANTAENG2024-12-22T10:52:14+08:00Ilham Syamilhamsyam56@gmail.comMuhammad Sahlan Zamaasahlan_nersuh@yahoo.comRenaldi Mrenaldimumar11@gmail.comSitti Nurhadijahsahlan_nersuh@yahoo.comAwalia Putrisahlan_nersuh@yahoo.com<p><em>Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) merupakan salah satu cara masyarakat untuk dapat menjaga kualitas kesehatannya. Kebaruan kegiatan pengabdian ini karena memberikan pelajaran tentang pentingnya mencuci tangan pakai sabun (CTPS). Program PHBS ini terdapat beberapa indicator yang dijadikan acuan dalam pelaksanaan PHBS, salah satunya adalah cuci tangan pakai sabun (CTPS). Perilaku CTPS yang baik dapat mencegahan kejadian diare dan ISPA yang rentan dialami oleh anak-anak khususnya usia sekolah. Sehingga petingnya untuk mengajar anak sejak dini mengenai CTPS yang baik dan benar. Tujuan dari pengabdian ini adalah untuk melakukan penyuluhan tentang 6 langkah cuci tangan dan meningkatkan pengetahuan dengan pengisian kuesioer pre-test dan post-test untuk mengetahui pengetahuan anak sekolah dasar dengan dibantu mahasiswa dalam pengisian kuesioner mencuci tangan, kemudian dilanjutkan dengan pemberian materi dengan metode yang digunakan yaitu penyuluhan, power poin, media poster, kuesioner dan gerakan lagu 6 langkah cuci tangan yang benar lalu mempraktekkan cuci tangan dibantu oleh mahasiswa. Hasil dari ini Sebelum dilakukan penyuluhan pada anak sekolah dasar yang kurang mengetahui cara mencuci tangan yang benar sebanyak 27 siswa (46,7%) sedangkan sesudah dilakukan penyuluhan berkategori baik sebanyak 44 (89,4%) dari 47 responden. Penyuluhan dilakukan pada tanggal 29 mei 2024 di SD Inpres Kampung Parang kelas 4 dan 5.Kegiatan pengabdian masyarakat ini dapat meningkatkan pengetahuan sebanyak 21 (44,7%) tentang 6 langkah cuci tangan yang benar.</em></p>2024-08-09T15:20:45+08:00Copyright (c) 2024 Jurnal Pengabdian Masyarakat Gerakan Aksi Sehat (GESIT)https://journal.stikmks.ac.id/index.php/b/article/view/456GITA CERDIK (GERAKAN CUCI TANGAN PAKAI SABUN CEGAH DIARE DAN KECACINGAN)2024-12-22T10:51:55+08:00Dewi Purnama Windasaridewi.epidpasca@gmail.comEsse Puji Pawenrusiessepuji@gmail.comNour Sriyanahdewi.epidpasca@gmail.comRenaldi Mrenaldimumar11@gmail.comAthira Nurul Annisaathiranurulannisa12@gmail.com<p><strong><em>Latar Belakang</em></strong><em> : </em><em>Cuci tangan pakai sabun adalah salah satu tindakan sanitasi dengan membersihkan tangan dan jari-jemari menggunakan air dan sabun oleh manusia untuk menjadi bersih dan memutuskan mata rantai kuman Hal ini dilakukan karena tangan sering kali menjadi agen yang membawa kuman dan menyebabkan patogen berpindah dari satu orang ke orang lain, baik dengan kontak langsung maupun dengan kontak tidak langsung</em></p> <p><strong><em>Metode</em></strong><em> : berdasarkan penyuluhan yang dilakukan dengan pemaparan materi dan pemutaran video edukasi serta dilakukannya demonstrasi cuci tangan pakai sabun pada siswa sekolah kelas 5 dengan jumlah siswa 15 orang. Waktu pelaksanaan pada hari Sabtu 25 Mei 2024 di SDN 74 Bira-Bira.</em></p> <p><strong><em>Hasil </em></strong><em>: Sebelum diberikan edukasi </em><em>terdapat 10 siswa ( 66,7%) yang memiliki pengetahuan Baik dan terdapat 5 siswa (33,3%) yang memiliki pengetahuan kurang terkait Cuci Tangan Pakai Sabun. Setelah dilakukan edukasi. Terjadi peningkatan pengetahuan dengan kategori Tingkat pengetahuan baik sebanyak 14 siswa (93,3%) dan tingkat pengetahuan kategori kategori kurang sebanyak 1 siswi (6,7%). Dapat disimpulkan adanya peningkatan pengetahuan yang didapatkan oleh anak sekolah SDN 7 Bira-Bira setelah dilakukan Penyuluhan GITA CERDIK ( Gerakan Cuci Tangan Pakai Sabun Cegah Diare dan Kecacingan.</em></p> <p><strong><em>Kesimpulan </em></strong><em>: </em><em>Pengabdian Masyarakat yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan kegiatan edukasi dengan sampel 15 oorang siswa melalui pemaparan materi, pemutaran video dan demonstrasi cuci tangan pakai sabun ini secara keseluran sangat efektif, sehingga diperoleh peningkatan pengetahuan sesudah dilakukan penyuluhan pada anak sekolah dasar kelas 5 SDN 74 Bira-Bira.</em></p> <p><strong><em>Keyboard : Cuci tangan, diare, kecacingan</em></strong></p>2024-08-09T15:21:45+08:00Copyright (c) 2024 Jurnal Pengabdian Masyarakat Gerakan Aksi Sehat (GESIT)https://journal.stikmks.ac.id/index.php/b/article/view/462PRAKTEK PEMBUATAN NUGGET IKAN DALAM MENDUKUNG UPAYA PENANGANAN STUNTING DI POSKESDES BUKIT PANJANG DESA LABBO2024-12-22T10:51:37+08:00Hardiantihardianti.naim@gmail.comChitra Dewihardianti.naim@gmail.comBella Merry Jannahhardianti.naim@gmail.comEsse Puji Pawenrusihardianti.naim@gmail.comAndi Ayumar hardianti.naim@gmail.com<p><strong>ABSTRAK</strong></p> <p><em> Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh pada anak usia dibawah 5 tahun (balita) akibat kekurangan gizi kronis terutama dalam 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), yang terlihat dari panjang badan atau tinggi badan di bawah anak seumurannya.</em> <em>Salah satu cara untuk atasi stunting dapat dilakukan dengan meningkatkan jumlah konsumsi ikan. Ikan merupakan bahan pangan hewani yang memiliki kandungan gizi yang sangat baik seperti protein tinggi, asam lemak esensial tak jenuh, mineral, dan vitamin. Berdasarkan kandungan yang dimiliki ikan, ikan dapat dijadikan makanan yang sangat dibutuhkan oleh ibu hamil dan anak-anak sebagai upaya pencegahan stunting. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang gizi yang baik, terutama pentingnya mengkonsumsi ikan pada anak dengan olahan yang unik sebagai upaya meningkatkan meningkatkan minat anak dalam mengkonsumsi ikan dan upaya pencegahan stunting. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah audio visual dan praktek pembuatan nugget ikan. Hasil yang diperoleh dari kegiatan pengabdiaan yaitu adanya peningkatan skor pengetahuan peserta sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan dan pelatihan Nugget Ikan Sebagai mengatasi Stunting, dari rata-rata 57% menjadi 100%. Berdasarkan hasil tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan pengetahuan terkait pembuatan nugget ikan sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan dan pelatihan.</em></p> <p><strong>Kata kunci:</strong><em> Stunting, ikan, ibu anak usia sekolah</em></p>2024-08-09T15:22:44+08:00Copyright (c) 2024 Jurnal Pengabdian Masyarakat Gerakan Aksi Sehat (GESIT)https://journal.stikmks.ac.id/index.php/b/article/view/464PERLOMBAAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN (PMT) BERBAHAN PANGAN LOKAL2024-12-22T10:51:19+08:00Aminullahaminullah.makasar@gmail.comNurlelinurleli.stikma98@gmail.comEsse Puji Pawenrusiessepuji@gmail.comYonarti Sulu Padang Ipangyonartisulupadang0@gmail.comSri Eka Putrisriekap17@gmail.comST.Nur Nadya yuliantinadyayulianty27@gmail.comMelki Husainmelkihusain@gmail.comSarafia Inggrit DjeujanaInggridjeujanan2003@gmail.comAlvhina Damayantialvinaputridamayanti@gmail.comYulinar Zaifulyulinaruliuli@gmail.com<p><strong><em>Latar belakang:</em></strong><em> Stunting dan wasting merupakan permasalahan gizi yang menjadi perhatian khusus pemerintah Indonesia. Posyandu sebagai salah satu wadah skrining awal kesehatan menjadi titik penting dalam memotong rantai pemahaman yang kurang terkait kesehatan. Kader posyandu merupakan salah satu penyambung informasi yang efektif pada masyarakat agar rantai kebiasaan yang mengakibatkan stunting bisa dihilangkan. Penelitian Sari 2021 menjelaskan bahwa peningkatan keterampilan kader posyandu dan melakukan KIE mengenai stunting dapat meningkatkan upaya pencegahan stunting (Sari, Angraini, & Oktaria, 2021). </em></p> <p><strong><em>Tujuan:</em></strong><em> Adanya pembekalan pemberian PMT ini agar para kader posyandu dapat meningkatkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan mengenai pentingnya memperhatikan gizi makanan pada ibu hamil dan anak balita dalam mencegah stunting pada anak</em>.</p> <p><strong><em>Metode:</em></strong><em>.</em> <em>Mitra dalam kegiatan ini adalah ibu kader posyandu yang berada di wilayah Puskesmas Dampang,Kecamatan Gantarangkeke Kabupaten Bantaeng dengan tahap awal. Tahap pelaksanaan kegiatan dan evaluasi kegiatan.</em></p> <p><strong><em>Hasil:</em></strong><em> Dalam penerapan pembuatan menu PMT, dari 5 posyandu yang mengikuti kegiatan demonstrasi masak yang menerapkan pembuatan menu PMT dengan menggunakan bahan pangan lokal yang mudah didapatkan didaerah masing-masing dengan alasan kenapa kelompok kami memliki panggan lokal ini karena optimalisasi pemanfaatan pangan lokal atau pangan yang ada di sekitar masyarakat merupakan salah satu alternatif dalam mengatasi terbatasnya akses pangan keluarga. Dengan adanya upaya pemanfaatan pangan lokal, masyarakat desa khususnya kelas ekonomi menengah ke bawah dapat meminimalisir alokasi pendapatan keluarga untuk membeli pangan</em>.</p> <p><strong><em>Kesimpulan:</em></strong><em> Edukasi pembuatan PMT pangan lokal dapat diterapkan kader posyandu di wilayah masing-masing dengan membuat menu yang beragam. PMT dapat dibuat dengan bahan baku yang banyak tersedia di wilayah masing-masing. Pemanfaatan makanan lokal memberikan manfaat penting dalam pencegahan stunting dengan pemenuhan gizi pada anak. Intervensi penggunaan maknan lokal sebagai MPASI memberikan hasil positif dalam pencegahan stunting pada anak</em></p>2024-08-09T15:23:43+08:00Copyright (c) 2024 Jurnal Pengabdian Masyarakat Gerakan Aksi Sehat (GESIT)https://journal.stikmks.ac.id/index.php/b/article/view/465PENYULUHAN HIPERTENSI DAN PEMERIKSAAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA DAN KELUARGA DI KELURAHAN KARUWISI KOTA MAKASSAR2024-12-22T10:51:01+08:00Suarnisuarniarni42@gmail.comHardiantihardianti.naim@gmail.comElni Putri Olifia Kumapeelniputri0810@gmail.comAfini Nugrahafini03nugrah@gmail.com<p><strong><em>Latar Belakang</em></strong><em> : Hipertensi merupakan salah satu penyebab kematian utama pada manusia di dunia. Penyakit ini juga disebut sebagai silent killer. Hipertensi juga merupakan penyakit degeneratif yang cenderung dialami oleh lansia. Prevalensi hipertensi telah mencapai 31,7% dari seluruh penduduk. Peningkatan tersebut disebabkan oleh perubahan gaya hidup dan usia lanjut. Hipertensi khsususnya pada lansia merupakan penyakit yang dapat dicegah dengan memberikan pemahaman kepada pasien tentang penyebab hipertensi dan cara pencegahannya. Pasien hipertensi juga dapat tetap sehat jika tekanan darahnya dapat dikontrol tetap dalam batas normal dengan rutin melakukan pemeriksaan dan pemantauan tekanan darah. </em></p> <p><strong><em>Tujuan :</em></strong><em> kegiatan penyuluhan ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan kepada lansia dan keluarga tentang penyakit hipertensi dan pencegahannya. Kegiatan pemeriksaan tekanan darah bertujuan untuk mengetahui tekanan darah lansia agar tekanan darah tetap terpantau dan terkontrol berada dalam batas normal.</em></p> <p><strong><em>Metode :</em></strong><em> Metode yang digunakan adalah metode penyuluhan dan diskusi dengan menggunakan media Banner dan Leaflet. Jumlah peserta dalam kegiatan ini sebanyak 20 orang peserta yang terdiri atas lansia dan keluarga warga Kelurahan Karuwisi Kota Makassar. </em></p> <p><strong><em>Hasil :</em></strong> <em>Kegiatan ini diawali dengan pengisian angket pengetahuan pre-test tentang hipertensi yang kemudian dilanjutkan dengan penyuluhan oleh narasumber. Setelah kegiatan penyuluhan dilakukan kegiatan pengisian angket post-test serta dilakukan pemeriksaan tekanan darah. Angket post test setelah penyuluhan menunjukkan peningkatan pengetahuan sebanyak 100 % </em></p> <p><strong><em>Kesimpulan :</em></strong><em> Kegiatan penyuluhan memberikan tambahan dan peningkatan pengetahuan kepada lansia dan keluarga tentang hipertensi dan pencegahannya agar lansia dan keluarga dapat mencegah terjadinya hipertensi. Pengukuran tekanan darah dilakukan agar lansia sadar akan pentingnya tetap mengontrol tekanan darah secara rutin.</em></p>2024-08-09T15:24:50+08:00Copyright (c) 2024 Jurnal Pengabdian Masyarakat Gerakan Aksi Sehat (GESIT)https://journal.stikmks.ac.id/index.php/b/article/view/468HELP CARD : EDUKASI PENCEGAHAN PELECEHAN SEKSUAL PADA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS YPAC MAKASSAR2024-12-22T10:50:43+08:00Gerardus Gun Bora Lamundepkmpmstikmakassar@gmail.comNurul Mutmainnahpkmpmstikmakassar@gmail.comNurhayatipkmpmstikmakassar@gmail.comMuhammad Rifki Septian Hambapkmpmstikmakassar@gmail.comMuhammad Taufiqqurahmanpkmpmstikmakassar@gmail.comIskandar Zulkarnaenpkmpmstikmakassar@gmail.com<p><strong><em>Latar belakang:</em></strong><em> Pelecehan seksual pada anak berkebutuhan khusus adalah masalah yang sangat serius dan memerlukan pendekatan yang berbeda dalam pencegahan dan perlindungannya. Anak berkebutuhan khusus sering kali rentan terhadap pelecehan karena mereka mungkin memiliki kesulitan dalam berkomunikasi atau memahami apa yang terjadi, sehingga membuat mereka lebih mudah menjadi korban. Salah satu solusi yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan edukasi terkait cara mencegah pelecehan seksual dengan menggunakan media seperti help card.</em></p> <p><strong><em>Tujuan:</em></strong><em> Untuk meningkatkan pemahaman anak berkebutuhan khusus terhadap bahayanya pelecehan seksual serta pentingnya upaya pencegahan untuk melindungi diri dari pelecehan seksual.</em></p> <p><strong><em>Metode:</em></strong><em> Pengamatan (observasi), sosialisasi, penyuluhan, dan Monev (monitoring dan evaluasi).</em></p> <p><strong><em>Hasil:</em></strong><em> Melalui penggunaan help card dan metode pembelajaran interaktif, anak-anak menunjukkan kemajuan dalam pemahaman mereka terkait pencegahan pelecehan seksual.</em></p> <p><strong><em>Kesimpulan:</em></strong><em> Edukasi mencegah pelecehan seksual pada anak berkebutuhan khusus menggunakan help card telah berhasil meningkatkan pemahaman anak-anak terkait bahayanya pelecehan seksual serta pentingnya upaya pencegahan untuk melindungi diri dari pelecehan seksual. Anak-anak berkebutuhan khusus telah mampu membedakan bagian tubuh yang tidak boleh disentuh dan bagian tubuh yang boleh disentuh setelah mendapatkan edukasi tersebut. Kegiatan ini diharapkan dapat terus dilanjutkan secara berkelanjutan untuk memberikan perlindungan yang lebih baik bagi anak-anak berkebutuhan khusus terhadap pelecehan seksual</em></p>2024-08-26T15:59:14+08:00Copyright (c) 2024 Jurnal Pengabdian Masyarakat Gerakan Aksi Sehat (GESIT)https://journal.stikmks.ac.id/index.php/b/article/view/463CETING DELOR “CEGAH STUNTING DENGAN DAUN KELOR”2024-12-22T10:50:26+08:00Iskandar Zulkarnaeniskandarzul43@gmail.comAndi Sani Silwanahiskandarzul43@gmail.comRania Ngajaiskandarzul43@gmail.com<p style="font-weight: 400;"><strong><em>Latar belakang: </em></strong><em>Stunting adalah gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak akibat kekurangan gizi kronis yang terjadi dalam1000 hari kehidupan serta infeksi berulang, ditandai dengan panjang atau tinggi badan anak berada di bawah standar dimana menjadi permasalahan yang harus segera di tuntaskan di Indonesia agar menghasilkan generasi cerdas dan berkualitas. Indonesia masuk dalam kategori wilayah dengan masalah stunting yang tinggi karena memiliki angka stunting lebih 30- 39%. Penting untuk memahami seberapa banyak gizi yang terkandung dalam makanan yang diberikan ibu kepada balitanya. Kelor mengandung sangat banyak khasiat karena kandungan dan manfaatnya ada disetiap bagian tanamannya baik untuk kesehatan.</em></p> <p style="font-weight: 400;"><strong><em>Tujuan: </em></strong><em>Tujuan dari pegabdian dalam bentuk program kuliah kerja nyata. Penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan pengetahuan tentang pemanfaatan daun kelor sebagai salah satu cara pencegahan stunting di desa Bajiminasa.</em></p> <p style="font-weight: 400;"><strong><em>Metode: </em></strong><em>Metode yang dilakukan adalah tentang pemanfaatan daun kelor untuk pencegahan stunting bagi anak-anak di desa Bajiminasa. Pengetahuan diukur dengan menggunakan pre-test sebelum kegiatan edukasi dan post-test setelah diberikan penyuluhan.</em></p> <p style="font-weight: 400;"><strong><em>Hasil:</em></strong><em> Berdasarkan hasil pre-test dan post-test yang di ikuti oleh 10 responden dapat di nyatakan bahwa hasil pengukuran tentangstunting dan pemanfaatan daun kelor sebelum penyuluhan dilakukan diketahui sebanyak 2 ( 20%) ibu tingkat pengetahuannya dikategorikan baik dan kategori cukup 8 (80%). Dan setelah melakukan penyuluhan diketahui sebanyak 10 (100%) ibu tingkat pengetahuannya baik dan cukup tidak ada/nol (0%).</em></p> <p style="font-weight: 400;"><strong><em>Kesimpulan:</em></strong><em> Berdasarkan presentase tersebut dapat disimpulkan bahwa penyuluhan yang dilakukan terindikasi berhasil terhadap ibu terkait stunting dan pemanfaatan daun kelor sebagai salah satu pencegahan stunting.</em></p>2024-08-26T16:00:57+08:00Copyright (c) 2024 Jurnal Pengabdian Masyarakat Gerakan Aksi Sehat (GESIT)https://journal.stikmks.ac.id/index.php/b/article/view/458PENYULUHAN PUTRI SETIA (SEHAT TANPA ANEMIA) DAN PEMBAGIAN TABLET FE2024-12-22T10:50:08+08:00Andi Yulia Kasmaayulia.kasma@gmail.comSitti Nurhadijahayulia.kasma@gmail.comAndi Ayumarandiayumar@gmail.comA. Asyratul Hidayahayulia.kasma@gmail.com<p style="font-weight: 400;"><em>Young women are required to take FE tablets because they experience menstruation every month. FE tablets are also useful for replacing iron lost due to menstruation and for meeting iron needs that are not sufficient from food. In general, the symptoms of anemia that are often felt are lethargy, weakness, fatigue, negligence, frequent complaints of dizziness and dizzy eyes. Further symptoms are pale eyelids, lips, tongue, skin and palms. Treatment of anemia can be done independently by taking oral iron therapy or Fe tablets appropriately. This community service method is a counseling method in the form of lecture material and direct presentation related to loyal daughters (healthy without anemia) and direct distribution of Fe tablets. 20 female students. as a whole it was very effective, resulting in an increase in the knowledge of young women in adherence to taking iron tablets. Furthermore, it is hoped that from this activity young female students at SMP Negeri 2 Bangkala Barat can routinely consume blood-boosting tablets to prevent anemia</em>.</p> <p style="font-weight: 400;"><strong><em>Keywords: </em></strong><strong><em>blood supplement tablets, teenage girl, anemia</em></strong></p>2024-08-26T16:02:08+08:00Copyright (c) 2024 Jurnal Pengabdian Masyarakat Gerakan Aksi Sehat (GESIT)https://journal.stikmks.ac.id/index.php/b/article/view/459EDUKASI MENGENAI TIMBANG (TINGKATKAN GIZI SEIMBANG ) PADA SISWA SD 74 BIRA-BIRA KECAMATAN BISSAPU2024-12-22T10:49:50+08:00Esse Puji Pawenrusiessepuji@gmail.comDewi Purnama Windasaridewi.epidpasca@gmail.comNour Sriyanahdewi.epidpasca@gmail.comJufriadejufri8@gmail.comA. Tenri Batari Candrayanidewi.epidpasca@gmail.com<p><strong><em>Latar belakang:</em></strong> Prevalensi masalah gizi anak usia sekolah masih tinggi, padahal Indonesia memiliki Pedoman Gizi Seimbang (PGS). Sosialisasi PGS dalam bentuk pendidikan gizi dan praktik gizi untuk mengaplikasikannya sangat penting dilakukan pada anak usia sekolah.Dinkes Sulawesi Selatan mencatat pada tahun 2015 prevalensi gizi kurang di daerah Kabupaten Bantaeng adalah sebanyak 10,3%.</p> <p><strong><em>Tujuan:</em></strong> Menganalisis pengaruh pemberian pendidikan gizi terhadap pengetahuan gizi, praktik gizi, dan status gizi pada anak Sekolah Dasar.</p> <p><strong><em>Hasil</em></strong> Pendidikan gizi meningkatkan pengetahuan gizi dari kategori kurang menjadi cukup. Pendidikan gizi yang diberikan belum dapat meningkatkan praktik membawa makanan gizi seimbang secara signifikan. Status gizi setelah pendidikan gizi menunjukkan perubahan jumlah untuk setiap kategori. Sebagian besar subjek berstatus gizi normal. Hasil uji beda menunjukkan pendidikan gizi memberikan perbedaan nyata antara: pengetahuan gizi pre test dan post test 1 (p=0,000; p0,05), pengetahuan gizi dengan status gizi dan praktik membawa makanan gizi seimbang (p>0,05), kecuali pengetahuan gizi post test II dengan praktik membawa makanan gizi seimbang observasi ke-4 (p=0,001; p<0,05).</p> <p><strong><em>Kesimpulan</em>: </strong>Terjadi perubahan pengetahuan gizi dari kategori kurang menjadi cukup setelah diberikan intervensi. Terjadi peningkatan kemudian penurunan subjek yang membawa makanan gizi seimbang setelah intervensi. Tidak terjadi perbedaan signifikan status gizi subjek sebelum dan setelah intervensi. Sebaiknyapihaksekolahmelakukanpenyuluhansetiapbulanyaataumelakukan program makananseimbang</p>2024-08-28T10:33:35+08:00Copyright (c) 2024 Jurnal Pengabdian Masyarakat Gerakan Aksi Sehat (GESIT)https://journal.stikmks.ac.id/index.php/b/article/view/466PENYULUHAN CEGAH STUNTING SEJAK DINI PADA BALITA DI PUSTU SAPANANG2024-12-22T10:48:58+08:00Sulaimanemanstikma@gmail.comMuhammad Hattamuhhatta772@gmail.comNur Amaliahnuramaliah1811@gmail.com<p><strong><em>Latar Belakang : </em></strong><em>Kurang gizi dan stunting merupakan dua masalah yang saling berhubungan. Stunting pada anak merupakan dampak dari defisiensi nutrient selama seribu hari pertama kehidupan. Hal ini menimbulkan gangguan perkembangan fisik anak yang irreversible, sehingga menyebabkan penurunan performa kerja. Anak stunting memiliki rerata skor Intelligence Quotient (IQ) sebelas poin lebih rendah dibandingkan rerata skor IQ pada anak normal. Gangguan tumbuh kembang pada anak akibat kekurangan gizi bila tidak mendapatkan intervensi sejak dini akan berlanjut hingga dewasa.</em></p> <p><strong><em>Tujuan : </em></strong><em>Untuk memberikan pengetahuan terkait stunting pada balita</em></p> <p><strong><em>Metode : </em></strong><em>Metode penelitian yang digunakan ialah pemberian penyuluhan dan edukasi pada ibu yang memiliki anak stunting, sumber data dari UPTD Puskesmas Bungoro</em></p> <p><strong><em>Hasil: </em></strong><em>. Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan ahli gizi dan petugas kesehatan lingkungan (kesling), serta dilakukan pula observasi kepada dua anak stunting juga wawancara kepada orangtua, ditemukan bahwa faktor-faktor yang memengaruhi stunting ialah sebagai berikut: pola makan yang tidak memenuhi gizi seimbang selama proses kehamilan dan setelah bayi lahir, pola makan anak sejak lahir sampai usia dua tahun, pemberian ASI eksklusif yang kurang dari 6 bulan, pemberian Makanan Pendamping ASI (MPASI) terlalu dini (kurang dari enam bulan), pengasuhan orangtua yang kurang tepat (sering membentak anak, kurang dekat dengan anak, melakukan tindakan yang membuat anak menjauh dari orangtua), sanitasi lingkungan yang kurang baik, tidak mengenalkan toilet training kepada anak sejak dini, dan genetic tidak memiliki peran signifikan terhadap kejadian stunting </em><strong>Kesimpulan: </strong><em>setelah dilakukan penyuluhan pemahaman terkait stunting pada balita dan dapat menyadari pentingnya hal tersebut.</em></p>2024-08-31T00:00:00+08:00Copyright (c) 2024 Jurnal Pengabdian Masyarakat Gerakan Aksi Sehat (GESIT)https://journal.stikmks.ac.id/index.php/b/article/view/457MINUMAN SEHAT ES LUMUT KELOR (MINSET ES LUMER) DI UPT SMA NEGERI 5 BANTAENG2024-12-22T10:49:24+08:00Wina Eka Cahyaniwinaekaaa10@gmail.comMarisna Eka Yulianitamarisna@stikmks.ac.idKamarianakamariana.stik@gmail.com<p>Latar belakang : Salah satu masalah kesehatan yang menjadi fokus pemerintah saat ini adalah penanggulangan anemia. Anemia ialah suatu keadaan di mana kadar Hemoglobin (Hb) dalam darah lebih rendah dari kadar normal untuk kelompok orang berdasarkan usia dan jenis kelamin, pada Wanita remaja kadar Hb normal ialah 12-15 gr/dl. Daun kelor sendiri merupakan salah satu tanaman lokal yang sudah berabad-abad dikenal sebagai tanaman serbaguna, kaya nutrisi dan berkhasiat obat.<br>Tujuan dari kegiatan ini adalah pemanfaatan daun kelor menjadi olahan es lumut kelor yang dapat diolah menjadi minuman pengganti tablet tambah darah bagi remaja putri. Fokus sasaran dari kegiatan ini adalah siswi kelas X-XI yang berjumlah 50 orang.<br>Metode: Kegiatan Pengabdian ini di lakukan dengan menggunakan media proyektor dengan metode ceramah dan dilanjutkan dengan pembagian olahan daun kelor berupa es lumut kelor.<br>Hasil yang diperoleh dari kegiatan pengabdian yaitu adanya peningkatan skor pengetahuan peserta sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan Minuman Sehat Es Lumut Kelor Sebagai Pengganti Tablet Fe Untuk Pemenuhan Zat Besi Dalam Mencegah Anemia Pada Remaja Putri dari rata-rata 54,0% menjadi 100%.<br>kesimpulan bahwa terjadi peningkatan pengetahuan terkait pencegahan anemia siswi SMA Negeri 5 Bantaeng sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan.</p>2024-08-31T00:00:00+08:00Copyright (c) 2024 Jurnal Pengabdian Masyarakat Gerakan Aksi Sehat (GESIT)https://journal.stikmks.ac.id/index.php/b/article/view/493PENGETAHUAN MASYARAKAT TERKAIT MIOMA UTERI2024-12-22T10:48:31+08:00Pri Hastutiprihas2018@gmail.comSohimahprihas2018@gmail.com<p style="text-align: justify;"><strong><em>Latar belakang:</em></strong> <em>Kesehatan Reproduksi ialah Kesehatan fisik, mental kehidupan sosial yang berkaitan dengan alat, fungsi serta proses reproduksi. Salah satu penyakit sistem reproduksi wanita sejenis tumor yang paling sering ditemukan adalah mioma uteri. Mioma uteri memang bukan masalah yang sangat serius, tetapi jika dibiarkan dan seseorang kurang paham tentang mioma uteri, hal ini dapat menyebabkan problem yang menakutkan</em></p> <p style="text-align: justify;"><strong><em>Tujuan:</em></strong> <em>untuk meningkatkan pengetahuan terhadap sikap serta menimbulkan motivasi masyarakat dalam menjaga kesehatan reproduksi</em></p> <p style="text-align: justify;"><strong><em>Metode:</em></strong><em> kegiatan pengabdian masyarakat ini menggunakanan Pretest posttes, penyuluhan dan diskusi</em></p> <p style="text-align: justify;"><strong><em>Hasil: </em></strong><em>Dari tabel hasil dijelaskan bahwa sebelumnya Ibu PKK Di Glugo mengerjakan soal pretest untuk mengetahui sejauh mana pemahaman mengenai deteksi dini dan pemeriksaan mioma uteri dengan hasil sebagian besar mempunyai pengetahuan yang kurang (46%). Kemudian setelah pretest diberikan informasi kepada Ibu PKK Di Glugo mengenai mioma uteri. Pada saat diberikan informasi anggota merespon dengan baik apa yang disampaikan Dilanjutkan dengan mengerjakan soal posttest dengan hasil terdapat peningkatan yaitu sebagian besar anggota memiliki pengetahuan yang baik mengenai mioma uteri (88%)</em></p> <p style="text-align: justify;"><strong><em>Kesimpulan: </em></strong><em>Adanya peningkatan Pengetahuan tentang mioma uteri dan sikap positif yang ditunjukkan saat pemaparan materi serta peningkatan kesadaran akan pentingnya menjaga kesehatan dan memeriksakan diri ke tenaga kesehatan apabila mengalami tanda gejala mioma uteri</em></p>2024-08-31T00:00:00+08:00Copyright (c) 2024 Jurnal Pengabdian Masyarakat Gerakan Aksi Sehat (GESIT)