HUBUNGAN KEBIASAAN SARAPAN DENGAN KEJADIAN DISPEPSIA
Abstract
Latar belakang: Gangguan pada saluran pencernaan merupakan salah satu gangguan yang sering dikeluhkan dan telah menjadi masalah kesehatan di masyarakat. Satu dari sekian banyak gangguan pada saluran pencernaan yang sering terjadi yaitu dispepsia. Buruknya pola makan seperti tidak sarapan pagi menyebabkan asam lambung yang diproduksi mengikis lapisan lambung sehingga menimbulkan berbagai gejala dispepsia.
Tujuan: Untuk mengetahui hubungan kebiasaan sarapan dengan kejadian dispepsia pada pasien di Instalasi Gawat Darurat RSUD Syekh Yusuf Kabupaten Gowa.
Metode: Penelitian ini merupakan studi deskriptif analitik dengan desain cross sectional. Jumlah populasi sebanyak 900 dimana teknik pengambilan sampel yang digunakan yaitu accidental sampling dengan besar sampel 90 responden.
Hasil: analisis statistik dengan menggunakan uji chi square didapatkan nilai p 0,000 (p < 0,05), yang berarti ada hubungan antara kebiasaan sarapan dengan kejadian dispepsia.
Kesimpulan penelitian ini yaitu terdapat hubungan antara kebiasaan sarapan dengan kejadian dispepsia pada pasien di Instalasi Gawat Darurat RSUD Syekh Yusuf Kabupaten Gowa. Disarankan kepada penderita dispepsia agar lebih memperhatikan pola makannya, terutama merutinkan sarapan pagi setiap hari untuk menurunkan gejala dispepsia yang diderita.
References
Bogra, S. R., Rokhayati, E., & Anniazi, M. A. L. (2024). Korelasi antara Sarapan Pagi dengan Sindrom Dispepsia dan Aktivitas Fisik pada Anak Usia 10-12 tahun di Surakarta. Plexus Medical Journal, 3(2), 74-83.
Juffrie, M. (2018). Saluran Cerna Yang Sehat: Anatomi Dan Fisiologi. Yogyakarta: Chapter.
Kefi, C. G. B., Artawan, I. M., Dedy, M. A. E., & Lada, C. O. (2022). Hubungan pola makan dengan sindroma dispepsia pada mahasiswa pre klinik Fakultas Kedokteran Universitas Nusa Cendana. Cendana Medical Journal, 10(1), 147-156.
Muflih, M., & Najamuddin, N. (2020). Hubungan pola makan dan tingkat stres dengan kejadian dispepsia di rumah sakit umum sundari medan tahun 2019. Indonesian Trust Health Journal, 3(2), 326-336.
Oustamanolakis, P., & Tack, J. (2012). Dyspepsia: organic versus functional. Journal of clinical gastroenterology, 46(3), 175-190.
Purnamasari, L. (2017). Faktor risiko, klasifikasi, dan terapi sindrom dispepsia. Cermin Dunia Kedokteran, 44(12), 870-873.
Puteri, A. D., & Yuristin, D. (2022). Hubungan Tidak Sarapan Pagi, Jenis Makanan dan Minuman yang Memicu Asam Lambung dengan Kejadian Dispepsia pada Remaja Usia 15-19 Tahun di Kelurahan Bangkinang. KOLONI, 1(2), 666-674.
Putri, R. N., Ernalia, Y., & Bebasari, E. (2015). Gambaran sindroma dispepsia fungsional pada mahasiswa fakultas kedokteran Universitas Riau angkatan 2014 (Doctoral dissertation, Riau University).
Sidik, A. J. (2024). Diagnosis dan Tata Laksana Dispepsia. Cermin Dunia Kedokteran, 51(3), 140-144.
Tack, J., & Talley, N. J. (2013). Functional dyspepsia—symptoms, definitions and validity of the Rome III criteria. Nature reviews Gastroenterology & hepatology, 10(3), 134-141.
Wibawani, E. A., Faturahman, Y., & Purwanto, A. (2021). Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian dispepsia pada pasien rawat jalan poli penyakit dalam di rsud koja (Studi pada Pasien Rawat Jalan Poli Penyakit Dalam di RSUD Koja Tahun 2020). Jurnal Kesehatan Komunitas Indonesia, 17(1).